Sabtu, 30 Oktober 2010

Program Unggulan Munashoroh

Qurban di Desa Tertinggal...
  

(Para Pequrban akan mendapatkan Foto & Rekaman Video Penyembelihan Hewan Qurban, dan langsung kami kirim ke alamat tempat tinggal Bapak/Ibu/Sdr/i, atau dikirim via email)
• Meminimalisir penumpukan daging qurban berlebihan dikota-kota
• Menjaga keseimbangan sosial antara rakyat desa dan warga kota, sehingga akhirnya dapat menghindari eksodus berlebihan warga desa ke kota.
• Agar warga miskin di desa-desa juga dapat menikmati hari raya Idul Adha dengan berbahagia.
Hub. 021-994.64.830
JUGA MELAYANI PESANAN KAMBING - SAPI QURBAN Untuk Wilayah JAKARTA & SEKITARNYA, Dengan Harga yang Sama, sudah termasuk Biaya Antar (Hewan Qurban LANGSUNG dari PETERNAKAN KAMI di SUKABUMI, Jawa Barat)


Di kota, dengan mudahya seorang fakir miskin duduk di pinggir lampu merah 'menjajakan' kemiskinannya dan mendapatkan uang yang 'lumayan.' Namun di desa, mereka yang bertahan di sana sulit sekali untuk memperoleh kesempatan agar dapat pendidikan layak serta makanan bergizi dengan nutrisi yang tinggi.





Kambing A : Rp.700.000
Kambing B : Rp.800.000
Kambing C : Rp.1.000.000
Kambing D : Rp.1.400.000
Sapi Putih : Rp.7.000.000
Hub. 021-994.64.830

























PENERIMA DAGING QURBAN ANDA
Ada 6 Desa yang sudah kami garap selama 1 - 4 tahun, untuk disalurkan daging qurban. Mereka adalah keluarga anak yatim dhuafa yang tinggal di desa-desa tertinggal (Anak yatim beserta ibunya / walinya).
1. Desa Cililitan (Picung, Pandeglang), jumlah Keluarga Anak Yatim Dhuafa = 66 keluarga
2. Desa Marga Mulya (Mauk, Tangerang), jumlah Keluarga Anak Yatim Dhuafa = 132 keluarga
3. Desa Kampung Baru (Babelan, Bekasi), jumlah Keluarga Anak Yatim Dhuafa = 36 keluarga
4. Desa Tanjung Air (Babelan, Bekasi), jumlah Keluarga Anak Yatim Dhuafa = 32 keluarga
5. Desa Ciderum Dukuh (Ciawi, Bogor), jumlah Keluarga Dhuafa = +/- 30 keluarga
6. Desa Bitung Sari (Ciawi, Bogor), jumlah Keluarga Dhuafa = +/- 25 keluarga
Jadi, total keluarga dhuafa di desa-desa tersebut adalah 321 keluarga.


Note : Desa-desa tersebut adalah desa-desa miskin di wilayahnya, misalnya di Pandeglang adalah desa termiskin di Propinsi Banten (menurut pendapatan per kapita). Atau di desa Marga Mulya (Tangerang) yang rata-rata pekerjaannya adalah Buruh Tani.

Bekerja itu, Bukan Untuk Mencari Rezeki


Tak ada satu pun ayat Al-Qur'an yang memerintahkan kita untuk mencari rezeki dengan bekerja. Karena bekerja yang kita lakukan, bukan untuk mencari rezeki, tapi dalam rangka taat kepada Allah SWT. Inilah Firman-Nya, “...Bekerjalah kamu, maka Allah akan melihat pekerjaanmu, begitu juga Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman, dan kamu akan dikembalikan kepada Allah yang Maha Mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS. At-Taubah : 105).

            Mengapa Demikian? Karena rezeki, sebagaimana jodoh, hidup dan mati, adalah takdir Allah SWT. Sementara kita bekerja bukan untuk mengubah takdir Allah SWT, tapi untuk menggapai keutamaan-Nya. Allah SWT berfirman, “Apabila shalat telah dilaksanakan, maka bertebaranlah kamu dimuka bumi, carilah Fadhilah (keutamaan) Allah....” (QS. Al-Jumu'ah : 10)

            Ayat itu tidak menyuruh kita untuk mencari rezeki, tapi yang dicari adalah Fadhilah Allah. Setelah itu, rezeki akan menghampiri, berkah akan diperoleh. Itulah alasan mengapa orang yang hidupnya mencari berkah akan selalu merasa bahagia, sementara orang yang selalu “ngoyo” membanting tulang untuk menambah hartanya, lama-lama akan merasa tersiksa, kekuatannya akan sirna karena ia telah menjadi tua renta, akibat dari ambisi yang ingin digapainya. Para pemuja dunia seperti itu akan selalu merasa hartanya sedikit, dan terpana dengan rezeki orang lain.

            Padahal, rezeki itu bukan ukuran kasih sayang Allah SWT. Rezeki hanyalah ukuran “kasih” Allah SWT. Siapapun dia, beriman ataupun tidak, Allah SWT akan kasih rezeki. Tapi kasih sayang Allah SWT, hanyalah untuk mereka yang beriman. “Dan hanya kepada orang beriman saja, Allah curahkan kasih sayang-Nya.” (QS. Al-Ahzab : 43)

            Tak akan pernah berkurang rezeki kita... dan takkan mungkin diambil orang, sebagaimana janji Rasulullah SAW, “Janganlah kamu merasa bahwa rezekimu datangnya terlambat. Karena sesunguhnya, tidaklah seorang hamba akan meninggal, hingga telah datang kepadanya rezeki terakhir (yang telah ditentukan) untuknya.... (HR Abdur-Razaq, Ibnu Hibban dan Al-Hakim). (Inspirasi : Buku Menjadi Orang Kaya yang Berkah).

Sabtu, 16 Oktober 2010

Tak ada Agama yang Tak Mengajarkan Sedekah

Dalam hal “Memberi” (baik itu memberi sebagian kekayaannya, atau memberi kebaikan-kebaikan yang ia miliki) semua agama selalu mengajarkannya. Mari kita tengok masing-masing ajarannya, sebagai penambah pengetahuan :

1. Umat Islam mengenal Zakat, Infaq dan Sedekah. Zakat itu 2,5 % atau seperempatpuluh dari harta yang kita miliki. Sedangkan Infaq dan sedekah, tidak ditentukan takaran besar jumlahnya dan waktu dikeluarkannya.
2. Umat Kristen Protestan mengenal perpuluhan, yaitu kewajiban untuk memberikan sepersepuluh dari pendapatannya kepada rumah Tuhan. Ada juga Elemosune, yang dapat diterjemahkan dengan kata memberi sedekah.
3. Umat Katholik juga mengenal Persepuluhan dan juga Sedekah.
4. Umat Hindu mengenal Sedekah Dana Punia, yaitu pemberian yang dilakukan secara sukarela dan tulus ikhlas berupa materi.
5. Umat Buddha mengajarkan bagaimana menggunakan kekayaan yang telah dimiliki, yaitu bila ia perumah tangga yang baik, mengumpulkan harta dengan cara-cara baik, ia harus membantu sanak familinya, serta orang lain dalam empat bagian, juga dikenal Amisa Dana, yaitu memberikan bantuan dalam bentuk materi kepada yang membutuhkan.
--- $ ---