Rabu, 16 November 2011

Kisah Shahihut Targhib

Sembuh setelah 7 Tahun Sakit
 
Dikisahkan bahwa Abdullah bin Mubarak pernah ditanya oleh seorang laki-laki tentang penyakit yang menimpa lututnya semenjak tujuh tahun. Ia telah mengobati lututnya dengan berbagai macam obat. Ia telah bertanya pada para tabib, namun tidak menghasilkan apa-apa. Ibnul Mubarak pun berkata kepadanya, “Pergilah dan galilah sumur, karena manusia sedang membutuhkan air. Saya berharap akan ada mata air dalam sumur yang engkau gali dan dapat menyembuhkan sakit di lututmu. Laki-laki itu lalu menggali sumur dan ia pun sembuh.” (Kisah ini terdapat dalam Shahihut Targhib).
 

Selasa, 25 Oktober 2011

Bila Jam Dinding bisa Bicara

Hakikat Hidup itu...                                                                                          
Mobil mahal bukan jaminan keselamatan.
Menyetir dengan hati-hati dan sabar itulah kunci keselamatan.

Membawa selusin bodyguard bukan jaminan keamanan.
Rendah hati, ramah dan tidak mencari musuh, itulah kunci keamanan.

Obat dan vitamin bukan jaminan hidup sehat.
Jaga mulut, istirahat cukup  dan olah raga yang teratur itulah kunci hidup sehat.

Rumah mewah bukan jaminan keluarga bahagia.
Saling mengasihi, menghormati dan memaafkan itulah kunci keluarga bahagia.

Gaji tinggi bukan jaminan kepuasan hidup.
Bersyukur, hemat dan saling menyayangi berkah itulah kunci kepuasan hidup.

Pangkat tinggi bukan jaminan hidup terhormat.
Jujur, punya kredibiltas dan disiplin itulah kunci hidup terhormat.

Hidup berfoya-foya bukan jaminan banyak sahabat.
Setia-kawan, bijaksana, solidaritas, suka menolong Itulah kunci banyak sahabat.

Kosmetik bukan jaminan kecantikan.
Semangat, kasih, ceria, ramah dan senyuman itulah kunci kecantikan.

Satpam dan tembok rumah yang kokoh bukan jaminan hidup tenang.
Hati yang damai, kasih dan bebas tiada keserakahan dan kebencian itulah kunci ketenangan dan rasa aman..

Hidup kita itu sebaiknya ibarat 'jam dinding'. Diliat orang atau tidak ia tetap mendenting. Dihargai orang atau tidak ia tetap berputar. Diterima kasihi atau tidak ia tetap 'bekerja'.

Kalau jam dinding bisa bicara, ia akan berkata: "Karena aku punya kualitas..komitmen...dan tanggung jawab..”

Rabu, 12 Oktober 2011

Qurban dan Mitos Agama-agama

(Buletin Munashoroh Edisi Oktober 2011)

Dalam Islam, kurban tidak berawal dari mitos, sebagaimana pengorbanan agama-agama Kuno Yunani, Mesir, India atau agama ‘Maya’ di Meksiko (yang berkurban kepada para Dewa/Tuhan dengan cara meninggalkan cabang bayi di atas bukit atau melemparkan gadis suci ke dalam sungai keramat). Menurut ajaran Islam, Qurban adalah wujud kepasrahan, pengabdian dan kesalehan hamba. Kisah Ibrahim yang hendak mengorbankan anaknya adalah wujud tawakal dan pengabdian yang total.
Bila kita menilik ke belakang, Qurban sudah ada sejak kehadiran pasangan suami-istri pertama di bumi. Qurban muncul dalam suasana persaingan antara Qabil dan Habil. Kepada kedua anaknya, Adam memaklumkan berkurban. Bagi yang diterima, ia berhak mempersunting Iqlima, saudari kandung Qabil. Namun Qabil yang merasa kalah dalam kompetisi, lalu mengintimidasi, ”Saya akan membunuhmu.” Dengan nada teduh Habil mengingatkan,”Allah SWT hanya menerima (Qurban) dari orang-orang yang bertaqwa” (Q.S. Al-Maidah: 27).
Pada bentuk yang sama dan waktu yang berbeda Al-quran merekam peristiwa lain, seorang Ayah bermimpi selama tiga malam berturut-turut agar menyembelih anaknya. Dengan suara penuh ragu ia sampaikan mimpinya pada si buah hati. Nabi Ibrahim a.s tak menyangka, anaknya malah memantapkan kegundahannya, ”Saya siap,” ujar Nabi Ismail a.s (Q.S. Ash-Shoffaat: 102).
Allah SWT tak pernah meminta dikasih ’sesajen’ daging atau darah hewan yang disembelih. Tapi keikhlasan dan kepasrahan orang yang berkurban, itu yang bernilai disisi-Nya. Perintah-Nya adalah bagikan dagingnya secara adil kepada yang berhak. 1/3 untuk yang berkurban, 1/3 lagi untuk kerabat dan sahabat (walaupun orang kaya), dan sisanya untuk fakir miskin.
Yang perlu diingat adalah berbagi daging qurban untuk fakir miskin, sehingga mereka dapat merasakan kesempurnaan hari raya Idul Adha dan Tasyriq dalam kesetaraan dan kebahagian. Karena bagi fakir miskin, daging ini menjadi wujud “sesekali” dapat menikmati ’makanan orang kaya.’
Rasulullah SAW bersabda, “Tidak ada satu amalan yang paling dicintai Allah dari bani Adam ketika hari raya Idul Adha selain menyembelih hewan qurban. Sesungguhnya hewan qurban itu kelak pada hari kiamat akan datang beserta tanduk-tanduknya, bulu-bulunya dan kuku-kukunya. Dan sesungguhnya sebelum darah qurban itu menyentuh tanah, ia (pahalanya) telah diterima di sisi Allah, maka beruntunglah kalian semua dengan (pahala) qurban itu.” (HR. Tirmidzi, Ibnu Majjah dan Hakim)
 

Minggu, 11 September 2011

BERITA MUNASHOROH


Innalillahi Wa Inna ilaihi Roji’un

Keluarga Besar Munashoroh Indonesia
TURUT BERDUKA CITA ATAS WAFATNYA

Ibu SRI ROCHYATI Binti KARTAWINATA (IBU SUYUD)  72 Tahun
Donatur/Orang Tua Asuh Yayasan Munashoroh Indonesia/Anggota Pengajian Iffatunnisa
Wafat pada hari Ahad, 4 September 2011

Semoga Allah SWT mengampuni  dosa-dosanya, memuliakan kedatangannya dan menempatkannya di Syurga. Amin. (Terhatur doa dari 155 anak yatim/anak asuh Munashoroh dari TPA-TPA Munashoroh didesa-desa terpencil serta doa dari seluruh pengurus pusat dan cabang Munashoroh).

Jumat, 10 Juni 2011

ADA 1000 ALASAN KENAPA HARUS BERBAGI DENGAN ORANG LAIN

Jika anda menanam tanaman semisal sawi, kacang tanah, bayam atau yang lainnya. Apakah semua yang keluar dan tumbuh dari bumi akan anda makan? Yakinlah jawabannya pasti tidak. Karena akarnya harus dibuang, tanah yang menempel harus dibersihkan, daun yang kurang bagus harus dipotong, bahkan yang sudah pilihan sekalipun ketika akan dikonsumsi tetap harus dicuci dan dibersihkan.

Kira-kira seperti itulah analogi dari harta anda kenapa harus dikeluarkan sebagiannya. Karena walau bagaimanapun dan sehalal apapun anda berusaha mendapatkannya pastilah dalam prosesnya ada hal-hal yang bersinggungan dengan dosa entah ucapan, entah perasaan buruk ketika sedang bekerja, atau sikap yang kurang sopan yang tidak anda ketahui.

Karenanya, harta yang anda dapat harus dibersihkan agar sesuatu yang kotor tidak ikut-ikutan masuk ke dalam perut anda dan perut anggota keluarga anda. Mari kita perhatikan hadits Qudsi berikut ini :

قَالَ اللهُ تَعَالىَ أَنْفِقْ ياَ ابْنَ آدَمَ يُنْفَقْ عَلَيْكَ

“Allah Ta’ala berfirman, Berinfaklah wahai anak Adam (manusia), pasti kamu akan diberi gantinya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Rabu, 08 Juni 2011

Mohon Do’a dan Dukungannya


JAMBORE PEDULI ANAK YATIM DESA
Sabtu - Minggu, 2 - 3 Juli 2011, di Bumi Perkemahan Cibubur, Jakarta
Diikuti oleh 244 Anak Yatim Dhuafa dari 11 Pelosok Desa
di Jawa Barat dan Banten.

1.      Desa Cililitan, Kec. Picung Pandeglang                           : 76 Anak Yatim Piatu Dhuafa
2.      Desa Marga Mulya, Kec. Mauk, Tangerang                   : 62 Anak Yatim Piatu Dhuafa
3.      Desa Kertawana, Kec. Kalimanggis, Kuningan               : 8 Anak Yatim Piatu Dhuafa
4.      Desa Lurogungtonggoh, Kec. Luragung, Kuningan          : 10 Anak Yatim Piatu Dhuafa
5.      Desa Cipondok, Kec. Cibingbin, Kuningan                     : 12 Anak Yatim Piatu Dhuafa
6.      Desa Kertamulya, Kec. Bongas, Indramayu                    : 18 Anak Yatim Piatu Dhuafa
7.      Desa Ciderum Dukuh, Kec. Ciawi, Bogor                       : 8 Anak Yatim Piatu Dhuafa
8.      Desa Tanjung Air, Kec. Babelan, Bekasi                         : 23 Anak Yatim Piatu Dhuafa
9.      Desa Kampung Baru, Kec. Babelan, Bekasi                    : 12 Anak Yatim Piatu Dhuafa
10.  Desa Girijaya, Kec. Nagrak, Sukabumi                           : 8 Anak Yatim Piatu Dhuafa
11.  Kel. Tunggak Jati, Kec. Karawang Barat, Karawang       : 7 Anak Yatim Piatu Dhuafa

ACARA JAMBORE PEDULI ANAK YATIM DESA
  1. Pemeriksaan Gigi dan Mata Anak Yatim Desa
  2. Outbond Anak Yatim Desa
  3. Lomba Cerdas Cermat antar Desa
  4. Lomba Pidato, Hafalan Qur’an, MTQ, Pentas Seni Anak Yatim Desa
  5. Anak Yatim Desa Liburan Sekolah ke Keong Mas (TAMAN MINI INDONESIA INDAH)

Ayo, Berbagi Kebahagiaan dengan Mereka…
“Aku dan orang yang menyantuni anak yatim akan berada di syurga seperti ini,” Sabda Rasulullah SAW sambil menempelkan jari telunjuk dan jari tengah Beliau.

Partisipasi dapat berupa Uang, Pakaian Layak Pakai, atau Makanan untuk Anak Yatim Piatu Dhuafa, Binaan Yayasan Munashoroh Indonesia.
Info Hub. 021.994.64.830

Rabu, 13 April 2011

Hikmah Bulan Ini

Rahasia Rezeki, Rahasia Allah

Masalah rezeki adalah urusan Allah SWT. Dia yang mengatur semuanya. Sedikit banyaknya ukuran rezeki, semua didasarkan pada kebijaksanaan Allah SWT. Rezeki sengaja dirahasiakan oleh Allah SWT agar umat manusia tertantang untuk meningkatkan kreativitasnya dalam mencari rezeki. Kreativitas itu diperlukan agar pencarian rezeki tidak melanggar ketentuan Allah SWT dan Rasul-Nya. Rezeki yang diperoleh pun harus halal, sehingga menjadi berkah.

Allah SWT berfirman, “'Wahai Muhammad, katakanlah kepada umatmu bahwa sesungguhnya Allahlah yang menghamparkan dan menetapkan banyaknya rezeki kepada siapa yang Ia kehendaki.” (QS Saba': 39).

Jumat, 11 Maret 2011

PENGEMIS ITU… TIDAK SEMUANYA MISKIN…

Mulai saat ini.. Berhati-hatilah dalam memberi sedekah untuk Pengemis Jalanan… Kisah ini memang tidak terjadi di Jakarta, tapi tidak menutup kemungkinan justru “kandangnya” ada di Jakarta.
Mari kita tengok kisah nyata tentang Cak To, begitu dia biasa dipanggil. Dia Besar di keluarga pengemis, berkarir sebagai pengemis, dan sekarang jadi bos puluhan pengemis di Surabaya. Dari jalur minta-minta itu, dia sekarang punya dua sepeda motor, sebuah mobil, dan empat rumah!
Cak To tak mau nama aslinya dipublikasikan. Dia juga tak mau wajahnya terlihat ketika difoto . Tapi, Cak To mau bercerita cukup banyak tentang hidup dan ”karir”-nya. Dari anak pasangan pengemis yang ikut mengemis, hingga sekarang menjadi bos bagi sekitar 54 pengemis di Surabaya.
Setelah puluhan tahun mengemis, Cak To sekarang memang bisa lebih menikmati hidup. Sejak 2000, dia tak perlu lagi meminta-minta di jalanan atau perumahan. Cukup mengelola 54 anak buahnya, uang mengalir teratur ke kantong.
Sekarang, setiap hari, dia mengaku mendapatkan pemasukan bersih Rp 200 ribu hingga Rp 300 ribu. Berarti, dalam sebulan, dia punya pendapatan Rp 6 juta hingga Rp 9 juta.
Cak To sekarang juga sudah punya rumah di kawasan Surabaya Barat, yang didirikan di atas tanah seluas 400 meter persegi. Di kampung halamannya di Madura, Cak To sudah membangun dua rumah lagi. Satu untuk dirinya, satu lagi untuk emak dan bapaknya yang sudah renta. Selain itu, ada satu lagi rumah yang dia bangun di Kota Semarang.
Untuk ke mana-mana, Cak To memiliki dua sepeda motor Honda Supra Fit dan sebuah mobil Honda CR-V kinclong keluaran 2004!
Tidak mudah mencari seorang bos pengemis, karena Cak To datang menggunakan mobil Honda CR-V-nya yang berwarna biru metalik. Meski punya mobil yang kinclong, penampilan Cak To memang tidak terlihat seperti ”orang mampu”. Badannya kurus, kulitnya hitam, dengan rambut berombak dan terkesan awut-awutan. Dari gaya bicara, orang juga akan menebak bahwa pria kelahiran 1960 itu tak mengenyam pendidikan cukup. Cak To memang tak pernah menamatkan sekolah dasar.
Dengan bahasa Madura yang sesekali dicampur bahasa Indonesia, pria beranak dua itu mengaku sadar bahwa profesinya akan selalu dicibir orang. Namun, pria asal Bangkalan tersebut tidak peduli. ”Yang penting halal,” ujarnya. (Benarkah Halal? Silahkan anda sendiri yang menjawab)
Cak To bercerita, hampir seluruh hidupnya dia jalani sebagai pengemis. Sulung di antara empat bersaudara itu menjalani dunia tersebut sejak sebelum usia sepuluh tahun. Menurut dia, tidak lama setelah peristiwa pemberontakan G-30-S/PKI. Maklum, emak dan bapaknya dulu pengemis di Bangkalan. ”Dulu awalnya saya diajak Emak untuk meminta-minta di perempatan,” ungkapnya. Karena mengemis di Bangkalan kurang ”menjanjikan”, awal 1970-an, Cak To diajak orang tua pindah ke Surabaya. Adik-adiknya tidak ikut, dititipkan di rumah nenek di sebuah desa di sekitar Bangkalan. Tempat tinggal mereka yang pertama adalah di emperan sebuah toko di kawasan Jembatan Merah.
Bertahun-tahun lamanya mereka menjadi pengemis di Surabaya. Ketika remaja, ”bakat” Cak To untuk menjadi bos pengemis mulai terlihat. Waktu itu, uang yang mereka dapatkan dari meminta-minta sering dirampas preman. Bapak Cak To mulai sakit-sakitan, tak kuasa membela keluarga. Sebagai anak tertua, Cak To-lah yang melawan. ”Saya sering berkelahi untuk mempertahankan uang,” ungkapnya bangga. Meski berperawakan kurus dan hanya bertinggi badan 155 cm, Cak To berani melawan siapa pun. Dia bahkan tak segan menyerang musuhnya menggunakan pisau jika uangnya dirampas.
Karena keberaniannya itulah, pria berambut ikal tersebut lantas disegani di kalangan pengemis. ”Wis tak nampek. Mon la nyalla sebet (Kalau dia bikin gara-gara, langsung saya sabet),” tegasnya. Selain harus menghadapi preman, pengalaman tidak menyenangkan terjadi ketika dia atau keluarga lain terkena razia petugas Satpol PP. ”Kami berpencar kalau mengemis,” jelasnya. Kalau ada keluarga yang terkena razia, mau tidak mau mereka harus mengeluarkan uang hingga ratusan ribu untuk membebaskan.
 
Cak To tergolong “pengemis yang mau belajar.” Bertahun-tahun mengemis, berbagai ”ilmu” dia dapatkan untuk terus meningkatkan penghasilan. Mulai cara berdandan, cara berbicara, cara menghadapi aparat, dan sebagainya. Makin lama, Cak To menjadi makin senior, hingga menjadi mentor bagi pengemis yang lain. Penghasilannya pun terus meningkat. Pada pertengahan 1990, penghasilan Cak To sudah mencapai Rp 30 ribu sampai Rp 50 ribu per hari. ”Pokoknya sudah enak,” katanya. Dengan penghasilan yang terus meningkat, Cak To mampu membeli sebuah rumah sederhana di kampungnya. Saat pulang kampung, dia sering membelikan oleh-oleh cukup mewah. ”Saya pernah beli oleh-oleh sebuah tape recorder dan TV 14 inci,” kenang Cak To.
Saat itulah, Cak To mulai meniti langkah menjadi seorang bos pengemis. Dia mulai mengumpulkan anak buah. Cerita tentang ”keberhasilan” Cak To menyebar cepat di kampungnya. Empat teman seumuran mengikutinya ke Surabaya. ”Kasihan, panen mereka gagal. Ya sudah, saya ajak saja,” ujarnya enteng. Sebelum ke Surabaya, Cak To mengajari mereka cara menjadi pengemis yang baik. Pelajaran itu terus dia lanjutkan ketika mereka tinggal di rumah kontrakan di kawasan Surabaya Barat. ”Kali pertama, teman-teman mengaku malu. Tapi, saya meyakinkan bahwa dengan pekerjaan ini, mereka bisa membantu saudara di kampung,” tegasnya.
Karena sudah mengemis sebagai kelompok, mereka pun bagi-bagi wilayah kerja. Ada yang ke perumahan di kawasan Surabaya Selatan, ada yang ke Surabaya Timur. Agar tidak mencolok, ketika berangkat, mereka berpakaian rapi. Ketika sampai di ”pos khusus”, Cak To dan empat rekannya itu lantas mengganti penampilan. Tampil compang-camping untuk menarik iba dan uang recehan. Hanya setahun mengemis, kehidupan empat rekan tersebut menunjukkan perbaikan. Mereka tak lagi menumpang di rumah Cak To. Sudah punya kontrakan sendiri-sendiri. Pada 1996 itu pula, pada usia ke-36, Cak To mengakhiri masa lajang. Dia menyunting seorang gadis di kampungnya. Sejak menikah, kehidupan Cak To terus menunjukkan peningkatan…
Setiap tahun, jumlah anak buah Cak To terus bertambah. Semakin banyak anak buah, semakin banyak pula setoran yang mereka berikan kepada Cak To. Makanya, sejak 2000, dia sudah tidak mengemis setiap hari. Sebenarnya, Cak To tak mau mengungkapkan jumlah setoran yang dia dapatkan setiap hari. Setelah didesak, dia akhirnya mau buka mulut. Yaitu, Rp 200 ribu hingga Rp 300 ribu per hari, yang berarti Rp 6 juta hingga Rp 9 juta per bulan. Menurut Cak To, dia tidak memasang target untuk anak buahnya. Dia hanya minta setoran sukarela. Ada yang setor setiap hari, seminggu sekali, atau sebulan sekali. ”Ya alhamdulillah, anak buah saya masih loyal kepada saya,” ucapnya. Dari penghasilannya itu, Cak To bahkan mampu memberikan sebagian nafkah kepada masjid dan musala di mana dia singgah.
Dia juga tercatat sebagai donatur tetap di sebuah masjid di Gresik. ”Amal itu kan ibadah. Mumpung kita masih hidup, banyaklah beramal,” katanya. Sekarang, dengan hidup yang sudah tergolong enak itu, Cak To mengaku tinggal mengejar satu hal saja. ”Saya ingin naik haji,” ungkapnya. Wow… “NAIK HAJI DARI PENGHASILAN UANG MENGEMIS”

Rabu, 23 Februari 2011

REZEKI ITU TAK AKAN SALAH ALAMAT…

"Cari yang haram saja susah apalagi cari yang halal!" Demikian ungkapan yang sering kita dengar. Terkadang tanpa sadar keluar dari mulut kita sendiri, atau… hati kita ikut membenarkannya. Seolah-olah menjadi legalitas untuk mencari harta dengan cara-cara yang tak halal.

Ini kenyataan yang terjadi di tengah masyarakat. Hanya sedikit yang mau peduli dengan rambu-rambu syari’at.

Kejadian ini sudah diprediksi oleh Rasulullah SAW, lewat sabdanya, "Akan datang suatu masa pada umat manusia, mereka tidak lagi peduli dengan cara untuk mendapatkan harta, apakah melalui cara yang halal ataukah dengan cara yang haram". [HR Bukhari].

Rasulullah SAW bahkan mengancam mereka yang mencari rezeki dari jalan yang haram, "Sesungguhnya tidak akan masuk surga daging yang tumbuh dari harta yang haram. Neraka lebih pantas untuknya". [HR Ahmad dan Ad Darimi].

Ada satu penyebab manusia “mencoba-coba” mengambil rezeki dari jalan yang haram. Misalnya karena ia merasa rezekinya terhambat. Namun, bila karena itu ia berusaha “mengambil” rezeki yang bukan hak-nya, maka ia sedang bermaksiat kepada Allah SWT.

Mari kita tengok hadits Rasulullah SAW, dari Jabir r.a, "Janganlah menganggap rezki kalian lambat turun. Sesungguhnya, tidak ada seorang pun meninggalkan dunia ini, melainkan setelah sempurna rezkinya. Carilah rezki dengan cara yang baik (dengan) mengambil yang halal dan meninggalkan perkara yang haram".

Itulah mengapa kita memahami bahwa “Rezeki itu tak akan SALAH ALAMAT” Yakinlah, Allah SWT sebagai pemberi rezeki tak akan pernah salah apalagi lalai memberi rezeki kepada hamba-Nya. Mencuri atau tidak mencuri, korupsi atau tidak korupsi, maka segitulah rezeki kita, tinggal bagaimana kita menyikapinya.

Rabu, 12 Januari 2011

KEUANGAN YAYASAN 2010


NERACA KEUANGAN YAYASAN MUNASHOROH INDONESIA

Periode Januari – Desember 2010






NO
Penerimaan
TOTAL
PRESENTASE
(Rupiah)
(%)
1
Saldo Per 31 Desember 2009
57,531,403
20.4%
2
Zakat Maal / Profesi
23,556,300
8.3%
3
Zakat Fitrah
2,752,250
1.0%
4
Infaq (Khusus Yatim)
48,110,000
17.0%
5
Infaq – Shodaqoh
47,902,950
17.0%
6
Fidyah
1,015,000
0.4%
7
Dana Qurban
27,100,000
9.6%
8
Dana Hibah
69,300,000
24.5%
9
Pengembalian Pinjaman Dana Usaha
5,150,000
1.8%
10
Bagi Hasil Bank
126,196
0.0%
Total Penerimaan
282,544,099
100.0%




NO
Pengeluaran
TOTAL
TOTAL
(Rupiah)
(Rupiah)
1
Kelompok Fakir

11.8%

Warung Sembako Dhuafa
12,130,000

Pengobatan Gratis Warga Dhuafa Desa
1,245,000

Bantuan Pelunasan Hutang Dhuafa & Yatim
1,840,000

Santunan Kematian
100,000

Penyaluran Zakat Fitrah & Fidyah Langsung
5,422,750
2
Kelompok Miskin

64.3%

Qurban di Desa Tertinggal
30,754,000

Aqiqah di Desa Tertinggal
10,155,000

Pinjaman Dana Usaha Dhuafa
16,185,000

Santunan Anak Yatim Dhuafa
33,661,500

Bantuan Sekolah Anak Asuh Binaan Yatim
10,531,000

Pelatihan Life Skills Dhuafa
450,000

Hadiah Anak Yatim Dhuafa Berprestasi
2,380,000

Bantuan Dana Pengobatan Penyakit
8,230,000

Lomba Kreatifitas Anak-anak Dhuafa
200,000
3
Kelompok Fii Sabilillah

14.3%

Buletin Dakwah Munashoroh
5,291,000

Majelis Ta'lim, Pelatihan Kepemudaan, dll
19,671,000
4
Kelompok Amil Zakat

9.6%

Operasional (Transport, Pulsa, Fotocopi, dll)
5,088,500

Kafalah Amil Zakat
3,644,000

Biaya Rapat Kerja
5,150,800

Pajak dan Administrasi Bank
123,457

Biaya Promosi (Cetak Kalender, dll)
2,843,000
Total Pengeluaran
175,096,007
100.0%
Saldo 31 Desember 2010
107,448,092




Referensi : Dalam Al-Qur'an disebutkan tentang Pendistribusian dana Zakat/Infaq, ”Sesungguhnya Zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, miskin, amil zakat, mualaf, untuk memerdekakan budak, membebaskan orang yang berhutang, fii sabilillah, dan musafir...” -ada 8 kelompok- (QS.At-taubah : 60). Hikmahnya, Setiap Kelompok  Penerima Zakat (termasuk Amil Zakat) dapat memperoleh Zakat yang besarnya 1/8 bagian (12,5%). Alhamdulillah, Kesesuaian terhadap proporsi pembagian dana zakat/infaq tsb tetap terpelihara. Bahkan presentase pendistribusian dana untuk Kelompok Amil masih dibawah 12,5% (Yaitu 9,6% - Silahkan Lihat Neraca)